Rabu, 20 Mei 2015

Teori Belajar Kontruktivisme


Tangerang 20 Mei 2015

Assalamu'alaikum.. :)
Masih ingat kan sama cewek manis yang satu ini :D
Yuuk ahh kita ngelanjut nge-blog lagi, kita belajar lagi :)
sekarang kita bahas tentang ini nihh..... Jrengg Jreenggg....

 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini mengatakan bahwa belajar pada hakekatnya bersifat individual (sangat berbeda) apa yang dimiliki peserta didik yang satu belum tentu dimiliki oleh peserta didik yang lain. Belajar dapat dilakukan dengan sendiri atau berinteraksi dengan sumber-sumber belajar. Prsoes belajar tidak dapat bersifat uniform karena setiap individu memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda-beda.

Von Glaserfeld (1996) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu:
a)    kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
b)  kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan    perbedaan tentang suatu hal.
c)      kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain.

   Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukann kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lanjar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahhuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.

   Peranan guru pada pendekatan konstruktivisme ini lebih sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
a.       Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b.      Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk  mengekspresikan gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik.
c.       Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikirn siswa berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.
Contoh dari teori konstruktivisme misalnya seorang anak yang belajar matematika tentang luas balok. Guru tidak boleh begitu saja memberikan rumus luas balok, tetapi harus di konstruktivisme (di bangun) terlebih dahulu, dengan cara membuat pola di kertas karton yang nantinya akan membentuk jarring-jaring balok, kemudian menggunting kertas karton tersebut sesuai dengan pola, setelah itu terbentuk lah pola balok, kemudian di bentuk balok sesuai dengan pola tersebut, lalu terbentuk balok, dan dari situ bias diketahui rumus luas balok. Jai keaktifan siswa pun harus dituntut dalam teori ini, bukan hanya guru yang memberikan stimulus, namun siswa pun harus aktif.

Itu sedikit tentang teori kontruktivisme guyss, jadi inti dari teori belajar ini sangat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang membangun sendiri pengetahuannya, mencari dan menemukan sendiri apa itu pengetahuan atau materi yang sedang mereka pelajari, dan peran guru hanya sebagai fasilitator, tidak secara mutlak memberikan semua materi pelajaran, dan pastinyaa doongg kalau siswa yang mencari tahu sendiri, membangun pengetahuannya sendiri maka belajar akan menjadi lebih bermakna dan tidak akan terjadi cepat lupa. Ya....kan? Okeh, I think enough and thanks for your attention :)
Wassalamu'alaikum..

Husnul Khotimah
2013820106

Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajarn PKn di SD
Dosen           : Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar