Sabtu, 13 Juni 2015

Kepemimpinan Pak A.R Fakhrudin


Assalamu'alaikum ..
 
Kepemimpinan A.R Fakhrudin
Melihat sosok Pak AR, akan didapatkan sebuah cermin, bahwa seorang pemimpin perlu menghayati bagaimana kehidupan ummat secara riil. Bagaimana derita dan nestapa ummat di tingkat bawah, bagaimana pahit getir berdakwah dan menggerakkan organisasi di tingkat Ranting yang jauh dari kota, yang serba kekurangan prasarana dan sarana. Susah payah, kesulitan-kesulitan, dan suka duka yang dialami seorang pemimpin yang bekerja di tingkat Ranting dan Cabang dapat memberi pengalaman yang berharga dan menjadikan seorang pemimpin menjadi arif dalam mengambil kebijakan dalam memimpin umat.
Adapun aktivitasnya di Persyarikatan Muhammadiyah bermula sebagai pimpinan Muhammadiyah Kotamadya Yogyakarta (1952), ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (1953), anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah (1956-1965), Ketua PP Muhammadiyah (1968-1992), dan penasihat PP Muhammadiyah (1992-1995). Selama 24 tahun—dari tahun 1968 sampai tahun 1992—Pak AR menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah. Amanah tersebut ia pegang tatkala KH Faqih Usman, Ketua PP Muhammadiyah waktu itu, meninggal dunia. Faqih Usman terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 1968-1971. Tapi, belum setahun ia memegang amanah sebagai pimpinan Muhammadiyah, Faqih Usman (Ketua Muhammadiyah) meninggal dunia. Maka, oleh pengurus, Pak AR didaulat secara aklamasi untuk menggantikan posisi Faqih Usman pada 3 Oktober 1968. Sejak saat itu, ia dikokohkan dalam setiap muktamar-muktamar Muhammadiyah berikutnya.
Pada Muktamar ke-42 Muhammadiyah di Yogyakarta, tahun 1990, Pak AR yang terpilih sebagai 13 besar anggota PP Muhammadiyah menolak jabatan ketua PP. Ia memberikan alternatif penggantinya kepada KH Ahmad Azhar Basyir MA. Dengan demikian, genaplah 22 tahun ia menjadi ketua PP Muhammadiyah.
KH AR Fachruddin berkali-kali ditawari untuk menjadi anggota DPR. Akan tetapi, karena khawatir tersita waktunya, ia menolak tawaran anggota DPR tersebut dan lebih memilih mengurus Muhammadiyah. Namun kemudian, ia menerima jabatan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan dilantik pada 14 Agustus 1988.
Pak AR adalah ulama besar yang berwajah sejuk dan bersahaja. Kesejukannya sebagai pemimpin ummat Islam bisa dirasakan oleh ummat beragama lain. Ketika menyambut kunjungan pimpinan Vatikan, Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta, sebenarnya Pak AR menyampaikan kritikan kepada umat Katholik, tetapi kritik itu disampaikannya secara halus dan sejuk berupa sebuah surat terbuka.
Dalam surat itu, Pak AR mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia adalah muslim. Namun, ada hal yang terasa mengganjal bagi umat Islam Indonesia, bahwa umat Katholik banyak menggunakan kesempatan untuk mempengaruhi ummat Islam yang masih menderita dan miskin agar mau masuk ke agama Katolik. Mereka diberi uang, dicukupi kebutuhannya, dibangunkan rumah-rumah sederhana, dipinjami uang untuk modal dagang, tetapi dengan ajakan agar menjadi umat kristen. Umat Islam dibujuk dan dirayu untuk pindah agama. Dalam tulisannya kepada Paus Yohanes Paulus II itu, Pak AR menyatakan bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif. Kritik ini diterima dengan lapang dada oleh ummat lain karena disampaikan dengan lembut dan sejuk dalam bahasa Jawa halus, serta dijiwai semangat toleransi yang tinggi.
Orang mengatakan bahwa Pak AR adalah penyejuk. Orang selalu mengatakan bahwa kelebihan Pak AR adalah kesejukan dalam menyampaikan dakwah. Gaya kepemimpinan Pak AR yang terasa adalah kesejukan.

Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksoso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar