Sabtu, 13 Juni 2015

Keteladanan Pak A.R Fakhrudin

Assalamu'alaikum ..



Keteladana A.R Fakhrudin
Di tangan A.R fakhrudin, Islam terasa sangat mudah dan toleran. Dalam berdakwah, ia memegang prinsip: Islam harus dibawakan dengan senyum. Ia menyadari betul, senyum memiliki nilai ibadah. Kata Nabi SAW, ''Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.''  Memimpin dengan senyum, kesan itulah yang melekat pada diri ulama kharismatik ini. Agaknya, prinsip 'senyum' ini ikut membentuk wajah Muhammadiyah—ormas Islam yang pernah beberapa periode dipimpinnya—terasa teduh.
Ia adalah anak ketujuh dari 11 bersaudara pasangan KH Fachruddin dengan Nyai Hajjah Fachruddin binti KH Idris. KH Fachruddin adalah seorang lurah naib (penghulu) dari Istana Pakualaman. Di kala usianya menginjak 16 tahun, ia menjadi yatim karena ayahnya meninggal dunia. Masa kanak-kanak Abdul Razaq dihabiskan di Pakualaman. Setelah berusia tujuh tahun, bersama orang tuanya ia pindah ke Purwanggan. Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Mulai dari Standard School Muhammadiyah Bausasran, Madrasah Muallimin Muhammadiyah, Sekolah Guru Darul Ulum Muhammadiyah Sewugalur, Kulonprogo, sampai Tabligh School Muhammadiyah.

·         Sosok sederhana, jujur, dan ikhlas
Sebagai seorang Muslim, KH AR Fachruddin selalu berkecimpung dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai ketua PP Muhammadiyah, ia telah memberi contoh teladan yang baik untuk para pengikutnya. Sebagai contoh, dalam menjalankan tugas sebagai pimpinan, ia selalu menempuh cara kolegial, yaitu memusyawarahkan segala tindakan yang akan ditempuh organisasi sekalipun dalam hal yang kecil.



Sesuatu yang tampak menonjol dari pribadi Pak AR adalah kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan. Tiga sifat itulah, yang menurut para penerusnya di Muhammadiyah, sebagai warisan utama Pak AR yang perlu dihidupkan tidak hanya oleh kalangan Muhammadiyah. Yang nangkring di garasinya hanya sebuah sepeda motor Yamaha butut keluaran 1970-an. Motor ini yang ia pakai untuk berdakwah di sekitar Yogya. Kalau motor tersebut kebetulan dipakai anak-anaknya untuk kuliah atau keperluan lain, ia lebih suka naik sepeda onthel, becak, atau jalan kaki. Tak jarang Pak AR dibonceng naik motor oleh anak-anak SMA untuk mengisi pengajian di sekolah atau masjid-masjid kampung.
Dilihat secara kasat mata, sesuatu yang tak lazim bila seorang pemimpin organisasi modern terbesar di Indonesia yang punya puluhan rumah sakit dan ribuan sekolah itu hidup dengan penuh kesederhanaan. Di rumahnya, tak hanya ada kios bensin, tapi juga beberapa kamar disewakan untuk kos-kosan mahasiswa.
A.R Fakhrudin dikenal sebagai pendakwah yang tidak menyinggung orang lain, melainkan mengajak umat untuk berintrospeksi diri. Ketika banyak orang menentang dan mempertanyakan perayaan Sekaten di Yogyakarta yang menggelar tontonan dangdut, tong setan, bola maut, dan sejenisnya. A.R Fakhrudin dengan kalem menjawab, ''Kalau tak rela perayaan Sekaten ada tari dangdut, tong setan, bola maut, dan sejenisnya, ya mari kita gembirakan dengan kesenian yang bermutu dan bercitra Islam.”
Pak A.R Fakhrudin adalah satu-satunya seorang ketua PP Muhammadiyah yang sampai akhir hayatnya tidak memiliki rumah pribadi, hidup dengan sangat sederhana, dan segala kekuatan yang beliau miliki disumbangkan sepenuhnya untuk dakwah Islam. Seluruh tenaga, ilmu bahkan hartanya yang tidak seberapa disumbangkannya untuk kepentingan Islam.
A.R Fakhrudin adalah orang yang paling zuhud. Kalau beliau diminta ceramah di suatu tempat dan mendapatkan amplop, biasa-nya isinya habis diberikan kepada para karyawan kantor PP Muhammadiyah yang gajinya masih sangat kecil.
Suatu kali beliau didampingi oleh H. Ahmad Dimyati, seorang tokoh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menghadiri suatu acara Muhammadiyah di daerah Jawa Tengah. Oleh Panitia tempat tidur mereka berdua ditempatkan di sebuah ruang kelas di lantai yang diberi kasur. Pak Dimyati merasa penasaran, masak seorang ketua PP tidurnya ditempatkan hanya di lantai yang diberi kasur. Ketika Pak Dimyati bermak-sud mencari panitianya untuk mengadukan masalah ini, Pak AR dengan santai malah mengatakan: “Sudahlah, dengan begini saya malah enak, tidak mungkin jatuh dari tempat tidur”.
Inilah profil tokoh kita yang bernama AR Fachruddin. Bukan main kesederhanaan beliau. Sekarang ini kita kesulitan menemukan orang-orang yang seperti itu. 

Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar