Keteladana
A.R Fakhrudin
Di tangan A.R fakhrudin, Islam
terasa sangat mudah dan toleran. Dalam berdakwah, ia memegang prinsip: Islam
harus dibawakan dengan senyum. Ia menyadari betul, senyum memiliki
nilai ibadah. Kata Nabi SAW, ''Senyummu kepada saudaramu adalah
sedekah.'' Memimpin
dengan senyum, kesan itulah yang melekat pada diri ulama kharismatik ini.
Agaknya, prinsip 'senyum' ini ikut membentuk wajah Muhammadiyah—ormas Islam
yang pernah beberapa periode dipimpinnya—terasa teduh.
Ia adalah anak ketujuh dari 11
bersaudara pasangan KH Fachruddin dengan Nyai Hajjah Fachruddin binti KH Idris.
KH Fachruddin adalah seorang lurah naib (penghulu) dari Istana Pakualaman. Di
kala usianya menginjak 16 tahun, ia menjadi yatim karena ayahnya meninggal
dunia. Masa kanak-kanak Abdul Razaq
dihabiskan di Pakualaman. Setelah berusia tujuh tahun, bersama orang tuanya ia
pindah ke Purwanggan. Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Mulai dari Standard School Muhammadiyah Bausasran, Madrasah
Muallimin Muhammadiyah, Sekolah Guru Darul Ulum Muhammadiyah Sewugalur,
Kulonprogo, sampai Tabligh School Muhammadiyah.
·
Sosok sederhana,
jujur, dan ikhlas
Sebagai seorang Muslim, KH AR
Fachruddin selalu berkecimpung dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan.
Sebagai ketua PP Muhammadiyah, ia telah memberi contoh teladan yang baik untuk
para pengikutnya. Sebagai contoh, dalam menjalankan tugas sebagai
pimpinan, ia selalu menempuh cara kolegial, yaitu memusyawarahkan segala
tindakan yang akan ditempuh organisasi sekalipun dalam hal yang kecil.
Sesuatu yang tampak menonjol dari
pribadi Pak AR adalah kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan. Tiga sifat
itulah, yang menurut para penerusnya di Muhammadiyah, sebagai warisan utama Pak
AR yang perlu dihidupkan tidak hanya oleh kalangan Muhammadiyah. Yang nangkring di garasinya hanya
sebuah sepeda motor Yamaha butut keluaran 1970-an. Motor ini yang ia pakai
untuk berdakwah di sekitar Yogya. Kalau motor tersebut kebetulan dipakai
anak-anaknya untuk kuliah atau keperluan lain, ia lebih suka naik sepeda
onthel, becak, atau jalan kaki. Tak jarang Pak AR dibonceng naik motor oleh
anak-anak SMA untuk mengisi pengajian di sekolah atau masjid-masjid kampung.
Dilihat secara kasat mata,
sesuatu yang tak lazim bila seorang pemimpin organisasi modern terbesar di
Indonesia yang punya puluhan rumah sakit dan ribuan sekolah itu hidup dengan
penuh kesederhanaan. Di rumahnya, tak hanya ada kios bensin, tapi juga beberapa
kamar disewakan untuk kos-kosan mahasiswa.
A.R Fakhrudin dikenal sebagai
pendakwah yang tidak menyinggung orang lain, melainkan mengajak umat untuk
berintrospeksi diri. Ketika banyak orang menentang dan mempertanyakan perayaan
Sekaten di Yogyakarta yang menggelar tontonan dangdut, tong setan, bola maut, dan
sejenisnya. A.R Fakhrudin dengan kalem menjawab, ''Kalau tak rela perayaan
Sekaten ada tari dangdut, tong setan, bola maut, dan sejenisnya, ya mari kita
gembirakan dengan kesenian yang bermutu dan bercitra Islam.”
Pak A.R Fakhrudin adalah
satu-satunya seorang ketua PP Muhammadiyah yang sampai akhir hayatnya tidak
memiliki rumah pribadi, hidup dengan sangat sederhana, dan segala kekuatan yang
beliau miliki disumbangkan sepenuhnya untuk dakwah Islam. Seluruh tenaga, ilmu
bahkan hartanya yang tidak seberapa disumbangkannya untuk kepentingan Islam.
A.R Fakhrudin adalah orang yang
paling zuhud. Kalau beliau diminta ceramah di suatu tempat dan mendapatkan
amplop, biasa-nya isinya habis diberikan kepada para karyawan kantor PP
Muhammadiyah yang gajinya masih sangat kecil.
Suatu kali beliau didampingi oleh
H. Ahmad Dimyati, seorang tokoh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menghadiri
suatu acara Muhammadiyah di daerah Jawa Tengah. Oleh Panitia tempat tidur
mereka berdua ditempatkan di sebuah ruang kelas di lantai yang diberi kasur.
Pak Dimyati merasa penasaran, masak seorang ketua PP tidurnya ditempatkan hanya
di lantai yang diberi kasur. Ketika Pak Dimyati bermak-sud mencari panitianya
untuk mengadukan masalah ini, Pak AR dengan santai malah mengatakan: “Sudahlah,
dengan begini saya malah enak, tidak mungkin jatuh dari tempat tidur”.
Inilah profil tokoh kita yang
bernama AR Fachruddin. Bukan main kesederhanaan beliau. Sekarang ini kita
kesulitan menemukan orang-orang yang seperti itu.
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran PKn di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar